Berikut ini adalah Laporan Pengujian Cacat Kain Rajut Barre di kampus untuk memenuhi tugas matakuliah Evaluasi Tekstil 3.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri tekstil memiliki berbagai macam sektor di dalamnya yaitu
perajutan,pertenunan, pemintalan dan non woven. Proses produksi ini memiliki
faktor yang mempengaruhi hasil produksinya diantaranya adalah effisiensi, rpm,
spesifikasi mesin. Effisiensi produk tidak akan mencapai 100% ketika mesin sudah beberapa kali digunakan
karena faktor depresiasi sehingga ada kalanya cacat terjadi pada hasil
produksi. Dalam industri tekstil cacat dinilai menggunakan sistem 5 dan 10
poin. Sedangkan jenis cacat kain bermacam- macam jenisnya. Pada Industri rajut
terdapat cacat yang mengakibatkan permukaan kain terdapat garis salur- salur
berkala atau tidak. Hal ini menimbulkan penurunan kualitas kain atau grade
kain. Inspeksi kain biasanya dilakukan oleh pekerja inspect yang telah
mengikuti trainning cacat kain dan berlatih, sehingga ia langsung bisa
menilainya dengan tepat. Cacat kain dengan kain yang memiliki garis salur-
salur tersebut dinamakan cacat bare.
Pada makalah ini kami akan menganalisa penyebab cacat kain bare
menggunakan percobaan fisika dan kimia. Pengujian fisika yang akan kami lakukan
meliputi pengujian Nomer, kekuatan tarik per helai dan pengujian twist. Pada
pengujian kimia kami melakukan uji pembakaran, mikroskop dan pelarutan.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab cacat kain bare?
2. Mengapa warna benang berbeda dengan yang normal?
3. Apa perbedaan antara benang cacat dan normal?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab cacat kain bare
2. Untuk mengetahui alasan warna benang yang berbeda dari benang normal
3. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik antara benang cacat dan normal
D. Manfaat
1. Mengetahui sumber masalah sehingga dapat memperbaiki proses perajutan
2. Menambah wawasan penulis mengenai cacat bare
3. Memberi pemahaman pentingnya evaluasi tekstil untuk menilai instrumen
tekstil.
BAB II
TEORI DASAR
A. Uji Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik per helai ialah besarnya
gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan satu helai contoh pengujian, dinyatakan
dalam satuan gram. Kekuatan benang hasil pintal dari serat-serat stapel, baik
serat kapas maupun sintetik dipengaruhi oleh faktor-faktor :
-
panjang stapel,
-
kehalusan serat,
-
kekuatan serat,
-
antihan dan gintiran,
-
kerataan, distribusi panjang serat, dan
-
pengerjaan finish serat secara kimia terutama
pada serat sintetik.
-
Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan benang adalah
regain benang, letak serat dan mulur serat individu.
Mesin yang digunakan untuk pengujian ini adalah mesin- mesin dengan laju
tarik tetap atau dapat dikatakan jenis pendulum. Mesin ini mempunyai dua alat
pemegang contoh (klem), yang salah satunya digerakkan dengan kecepatan yang
tetap untuk menghasilkan beban tarik pada contoh uji, penjepit kedua yang
memegang ujung contoh yang lain bekerja untuk menggerakkan pendulum. Walau
gerakan penjepit dengan kecepatan tetap, karena
pengaruh gerakan yang kecil dari penjepit kedua yang bekerja pada
pendulum maka contoh uji tidak mulur dengan tetap. Kecepatan pembebanan
tergantung pada perpanjangan contoh uji sehingga dalam pengaruh pada kecepatan
pembebanan tidak tetap berbeda menurut bahan yang diuji.
Mesin jenis pendulum biasanya dibuat untuk pengujian benang yang mulurnya
normal, karena itu untuk benang sintetik yang mulurnya sangat besar mesin harus
dimodifikasi untuk pengujian benang tersebut.
Mesin ini dapat dibuat dengan macam-macam kapasitas, karena itu mampu
melayani pengujian kekuatan yang besar, tetapi pada mesin ini ada beberapa
kesalahan yang mempengaruhi ketelitian, misalnya inertia dari peralatan
pendulum terlewat karena gaya momentum friksi dan pada umumnya ketepatan
pembebanan peralatan nya yang menyebabkan kesalahan. Meski adanya kesalahan,
mesin jenis ini tetap populer dalam industri tekstil karena harganya dan biaya
operasinya murah serta ketelitiannya cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang rutin.
Gaya yang ditimbulkan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
W = berat pendulum dan lengan, maka :
Pz = WR
R = L sin
θ, maka Pz = WL sin θ,
Karena r, w, dan L tetap, P berubah
menurut perubahan sin θ, atau P = k sin θ,
Peneraan alat penguji pendulum
Sebelum alat penguji digunakan sebaiknya dilakukan peneraan terlebih
dulu. Persiapan sebelum melakukan peneraan antara lain harus menyediakan
beberapa pemberat yang sudah ditera beratnya, alat-alat dalam pemasangan betul,
dan kebersihan alat.
Mula-mula mesin dibiarkan dalam keadaan seimbang, pendulum dibiarkan
berayun sampai pada titik habisnya, dalam keadaan demikian setel penunjuk ke
titik 0. Kemudian satu beban yang diketahui beratnya dipasang pada klem atas,
perlahan-lahan beban diturunkan lagi sampai mencapai keadaan seimbang lagi.
Lebih baik kecepatan penurunan itu sesuai dengan kecepatan pada waktu kerja.
Waktu berhenti, penunjuk haruslah tepat menunjuk a ngka yang sama dengan beban.
Bila penunjukan lebih tinggi, ada
beberapa penyebabnya, antara lain :
1.)
Pada mesin model kuno biasanya pendulum dipegang
dengan menggunakan skrup, mungkin pemasang pendulum agak ke atas mendekati
titik tumpu.
2.)
Ada bahan yang hilang dari pendulum
3.)
Beban pendulum dilepas dan pemasangan kembali lagi
tidak pada tempatnya.
Biasanya kesalahan yang didapat pada
waktu kalibrasi adalah penunjukan yang paling rendah, dan umumnya disebabkan
karena friksi. Bila terjadi demikian harus dicek bearing pada poros atas.
Karena bagian ini diminyaki dengan grease khusus, maka setelah bertahun-tahun kotopran
mengumpul disana. Untuk membersihkannya, lepaskan bearingdan cucilah dengan
gasoline atau pelarut lainnya. Setelah dibersihkan, bearing diminyaki lagi
dengan vaselin putih
4.)
Sebab lain terjadinya penunjukan yang lebih rendah
mungkin gigi penunjuk yang kotor, maka harus dibersihkan dan diberi minyak
pelumas sedikit pada poros dan gigi-gigi dari roda giginya. Kotoran-kotoran
pada rantai, pada drum, bisa menyebabkan kesalahan, harus dibersihkan juga
kotoran-kotoran pada gifgi-gigi kuadran harus dibersihkan.
5.)
Jika usaha memperbaiki sudah dilakukan tetapi masih
juga terdapat penunjukan yang berbeda, tidak apa apa asalkan arah beda
penunjukannya selalu tetap. Hal seperti ini bisa dibuatkan angka konversi atau
angka kesalahan.
6.)
Kesalahan yang lain bisa disebabkan oleh jepitan
yang tidak baik pada klem. Permukaan jepitan harus datar dan sejajar. Cara
menceknya dengan menggunakan selembar kertas putih dan kertas karbon yang
dijepit dengan klem. Jika bekas karbon tidak merata pada kertas putih, tandanya
penjepitan pada klem tidak baik.
Prinsip
Pengujian
Sehelai benang dijepit salah satu
ujungnya sedang ujung yang lainnya diberi beban atau ditarik oleh suatu
beban-gaya. Besarnya beban atau gaya yang maksimal dapat ditahan oleh benang
tersebut, menunjukan kekuatan tarik per helainya.
B.
Uji Antihan pada benang
Pengujian antihan pada benang kapas
penting untuk diketahui oleh seorang teknisi, pengawas produksi dan pimpinan
perusahaan. Seorang teknisi perlu mengetahui antihan pada benang kapas karena
berfungsi untuk menentukan pemakaian benang, apakah benang akan digunakan untuk
lusi atau pakan atau benang rajut, serta kenampakan hasil akhirnya. Seorang
pengawas produksi perlu mengetahui antihan pada benang kapas karena berfungsi
untuk pengecekan mesin, apakah sudah sesuai dengan pembuatan jumlah twistnya.
Seorang Pimpinan perlu mengetahui antihan pada benang kapas karena berfungsi
untuk mengetahui jumlah produksi, pada umumnya perubahan twist akan merubah
kecepatan rol depan. Makin tinggi twist maka mesin makin lambat, artinya
produksi semakin menurun dan sebaliknya.
Antihan adalah putaran yang dimiliki oleh
benang tunggal. Gintiran adalah putaran yang dimiliki oleh benang gintir.
Jumlah putaran dapat dinyatakan dalam setiap satuan panjang. Jumlah twist pada
benang dapat mempengaruhi sifat- sifat fisik benang, pemakaian benang dan
kenampakan hasil akhir.
Arah twist benang dibedakan atas arah
kanan atau Z dan arah kiri atau S. biasanya benang- benang tunggal arah
twistnya Z sedangkan benang- benang gintir arah twistnya S agar diperoleh
benang yang balance.
Pengaruh twist pada benang antara lain:
1. Kekuatan
Penambahan twist menambah kekuatan benang sampai
suatu titik tertentu, sesudah itu penambahan twist akan mengurangi kekuatan.
2. Mulur
Twist yang tinggi menambah mulur benang sebelum
putus pada waktu penarikan.
3. Pegangan
Twist yang rendah memberikan pegangan yang lembut,
sedangkan twist yang tinggi memberikan pegangan yang kasar.
4. Elastisitas
Twist yang rendah memberikan elastisitas yang kurang
pada benang
5. Kilat
Twist yang tinggi emngurangi kilat benang
6. Absorbsi
Twist yang tinggi mengurangi absorbsi benang dalam
obat- obatan, sehingga sulit dicelup
7. Arah twist
Twist pada lusi dan pakan searah akan memberikan garis twist yang
bersilang. Hal ini akan mengurangi kilat bahan disamping itu akan memberikan
pegangan yang kurang lembut.
Cara menyatakan jumlah twist adalah dengan mengetahui twist factor
atau twist multiplier (K)
Jenis Benang
|
twist factor atau twist multiplier (K)
|
Rajut
|
2,25 – 3
|
Pakan
|
3 - 4
|
Lusi
|
4 - 4,7
|
Crepe
|
5,5 - 6
|
Cara pengukuran twist menggunakan alat
diantaranya adalah menggunakanCara kontraksi twist (untwist-twist method, cara pelurusan serat (untwist method) dan cara memutus benang
Cara yang akan dibahas pada laporan ini adalah cara pertama menggunakan
alat Twist Tester. Berikut ini adalah bagian- bagian penting dari peralatan
twist tester:
1. Penjepit yang dapat berputar 360o,
tetapi diam pada tempatnya. Dapat diputar menggunakan tangan atau motor
2. Penjepit yang dapat digerakan ke kanan
dan ke kiri dan dapat diatur pada kedudukan tertentu sesuai dengan jarak antara
satu klem dengan klem yang lainnya.
3. Skala pengatur jarak antara klem satu
dengan klem yang lainnya
4. Peralatan pengatur tegangan contoh
pengujian benang dengan sistem pemberat
5. Dial untuk menunjukan jumlah putaran
penjepit
6. Loupe untuk pelurusan serat
Tabel Nomer benang dan tension
Nm
|
Ne1
|
Tex
|
Td
|
Tension
|
65
|
38
|
0-14
|
0-139
|
1
|
64-41
|
38-24
|
15-24
|
140-224
|
2
|
40-18
|
23-11
|
25-59
|
225-529
|
5
|
17-9
|
10-5
|
60-124
|
530-1129
|
10
|
8-6
|
4,7-3
|
125-199
|
1130-1799
|
15
|
5-4
|
2,9-1,9
|
200-332
|
1800-2999
|
20
|
3-2,5
|
1,8-1,5
|
333-400
|
3000-4000
|
30
|
Prinsip Pengujian
Bila sehelai benang dibuka antihannya, maka akan
bertambah panjangnya. Pembukaan maksimal akan tercapai ketika antihan dibuka
100%. Jika benang yang telah terbuka
tadi diberi antihan lagi, maka benang akan bertambah pendek. Panjang benang
akan kembali seprti semula jika jumlah antihan yang diberikan sama dengan
jumlah antihan semula. Dengan demikian jumlah twist pada benang akan sama
dengan jumlah putaran penjepit yang diperlukan dibagi dua.
C. Uji Pembakaran
Uji
pembakaran ini adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat.cara ini
hanya dapat digunakan untuk memperkirakan golongana serat secara umum dan tidak
dapat di pertanggung jawabkan untuk campuran serat.
Persiapan Bahan
Serat yang akan diperiksa di buat kira-kira sebesar benang Ne1 10
dengan panjang 4-5 cm dan di beri puntiran.
Puntiran
diberikan agak kuat,supaya terbakarnya agak lambat,sehingga untuk bermacam
–macam serat memerlukan waktu yang
hampir sama. Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan
perlahan-lahan. Waktu serat dekat nyala api diamati apakah bahan
meleleh,menggulung atau terbakar mendadak. Pada saat serat menyala,supaya diperhatikan dimana terjadinya
nyala api ,dan pada saat serat terbakar oleh
nyala segera dipindahkan dari nyala api,dan pada saat serat terbakar oleh nyala
segera dipindahkan dari nyala api.Bila nyala
api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api ) maka segera
dicatat bau dari gas yang di keluarkan oleh serat yang terbakar itu.
Tetapi kalau
serat tetap menyala,maka nyala dimatikan
dengan jalan meniup dan dicatat bau yang di keluarkan oleh serat yang terbakar
itu. Setelah nyala api padam perlu di catat apakah serat mengeluarkan asap atau
tidak.Akhir perlu dicata pula banyaknya
bentuknya,warnanya dan kekerasan dari abu sisa pembakaran.
Apabila
serat terbakar cepat,meninggalkan abu berbentuk serat dan bebau seperti kertas
terbakar,maka keadaan ini meninjukkan serat selulosa, Apabila serat tidak
terbakar sama sekali ,maka keadaan ini menunjukkan serat gelas atau asbes.
Serat gelas dapat dilihat dari lelehan filamennya yang berbentuk zat padat
kasar,dan filamentnya sendiri sangat getas. Adanya zat penyempurnaan pada serat
gelas ditunjukkan oleh bau cat terrbakar dan sedikit.
D. Uji Pelarutan
Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia dari
masing-masing serat. Uji ini sangat penting terutama untuk serat-serat buatan
yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan melihat kelarutan serat-serat
buatan pada berbagai pelarut dapat disimpulkan jenis seratnya. Prinsip
pengujiannya adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut, kemudian diamati
sifat kelarutannya.
Adapun
pelarut yang umum digunakan adalah :
1. Asam klorida, asam ini akan melarutkan serat nylon.
2. Asam sulfat 70 %, serat yang larut dalam pelarut ini adalah serat kapas,
rayon viskosa, rayon asetat, nylon dan sutera.
3. Aseton, larutan ini hanya melarutkan rayon asetat.
4. NaOCl, serat wol dan sutera akan larut dalam larutan ini.
5. Metil salisilat, larutan ini akan melarutkan serat poliester.
6. NaOH 45 %, pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan poliester, wol
dan sutera.
7. Meta Cresol, larutan ini akan melarutkan serat rayon asetat dan
poliamida.
8. DMF, larutan ini akan melarutkan poliakrilat, poliamida dan rayon
asetat.
9. Asam nitrat, pada suhu kamar akan melarutkan rayon asetat, wol,
poliakrilat dan nylon.
E. Cacat Kain Rajut
Knitting Defect
|
||||
No
|
CACAT
(Defect)
|
Penjelasan
|
Tingkat
Cacat
|
|
1
|
Barre
|
Ada seperti coretan horizontal pada kain rajut.
|
BiasanyaMajor
|
|
2
|
Broken Color Pattern
|
Benang warna, yang susunan
warnanya salah letak.
|
Major
|
|
3
|
Drop Stitches
|
Seperti lubang kecil atau kekurangan stick jahitan,
|
Major
|
|
4
|
End Out
|
Seperti ujung benang
keluar.Terjadi pada benang lusi rajut.
|
Biasanya
Major
|
|
5
|
Hole
|
Lubang pada kain rajut, karena jarum patah.
|
Major
|
|
6
|
Missing Yarn
|
Benang ada yang putus,
sehingga kain rajut terlihat jelek.
|
Major
|
|
7
|
Mixed Yarn
|
Benang terlihat berbeda-beda (besar/kecil). Hal ini terjadi akibat
kesalahan campuran pada serat.
|
Major
|
|
8
|
Needle Line
|
Ada garis jarum pada kain rajut.
|
Major / Minor
|
|
9
|
Press-Off
|
Desain kain rajut rusak, karena beberapa/semua jarum patah.
|
Major
|
|
10
|
Runner
|
Tampak pada kain rajut garis
vertical (garis kearah panjang) akibat ada jarum yang patah.
|
Major
|
|
11
|
Slub
|
Ada benang tebal pada kain
|
Major / Minor
|
|
12
|
Straying End
|
Benang terjalin tidak pada
tempatnya.
|
Major
|
|
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Identifikasi Jenis Kain
Jenis rajutan :
Rib 1x1
Panjang kain :
200 m
Mesin :
Double Knit
WPI :20
CPI :35
Gramasi :
186 g/m2
Pengujian Nomer Benang
1. Memotong Kain contoh uji 10 x 10
2. Mengukur panjang benang setelah ditiras sebanyak 10
3. Timbang 10 benang tersebut
4. Jumlah panjang benang setelah ditiras dibagi berat 10 benang adalah
nomer Nm, selanjutnya mencari nomer Ne 1, tex dan Denier
Mengkeret
Panjang
benang
No
|
Panjang Benang (cm)
|
1.
|
63,5
|
2.
|
63,5
|
3.
|
63,5
|
4.
|
63,5
|
5.
|
63,5
|
6.
|
63,5
|
7.
|
63,5
|
8.
|
63,5
|
9.
|
63,5
|
10.
|
63,5
|
∑
|
635
|
X
|
63,5
|
Berat benang (10 Buah) = 0,12 g
Nomer benang
Pengujian Twist
Hasil Pengujian
1. Spesifikasi Mesin
-
Mesin Reeling
Henry Baer & Co.S.A
Zurich-Suisse
Fabr No 691430
-
Mesin Uji TPI
Zwegle-Reutligen/German
Type D 312
Tahun 1983; Nr.612
127 V,50Hz
2. Nomer benang Ne1 39,446
3. Jarak Jepit = 10”
4. Arah twist = Z
5. Jenis benang = benang Single = jumlah putaran / 2x10”
Pengujian Twist Benang Normal
No
|
Skala Terbaca
|
TPI
|
(x-x)2
|
1.
|
442
|
22,1
|
0,04
|
2.
|
442
|
22,1
|
0,04
|
3.
|
449
|
22,45
|
0,0225
|
4.
|
449
|
22,3
|
0
|
5.
|
446
|
22,45
|
0,0225
|
6.
|
449
|
22,4
|
0,01
|
7.
|
448
|
22,15
|
0,0225
|
8.
|
443
|
22,15
|
0,0225
|
9.
|
445
|
22,25
|
0,0025
|
10.
|
447
|
22,35
|
0,0025
|
∑
|
4460
|
223
|
0,185
|
X
|
446
|
22,3
|
Pengujian Twist Benang Cacat
No
|
Skala Terbaca
|
TPI
|
(x-x)2
|
1.
|
457
|
22,85
|
0,16
|
2.
|
467
|
23,35
|
0,01
|
3.
|
466
|
23,3
|
0,0025
|
4.
|
467
|
23,35
|
0,01
|
5.
|
461
|
23,05
|
0,04
|
6.
|
468
|
23,4
|
0,0225
|
7.
|
463
|
23,15
|
0,01
|
8.
|
466
|
23,3
|
0,0025
|
9.
|
468
|
23,4
|
0,0225
|
10.
|
467
|
23,35
|
0,01
|
∑
|
4650
|
231,5
|
0,29
|
X
|
465
|
23,25
|
Pengujian Kekuatan
Hasil Pengujian
Spesifikasi mesin:
-
Nama : Asanometer
-
Kapasitast
terpasang : 500g
-
Jarak
Jepit : 50
-
Perusahaan :Asano Machine
MFG.Co.Ltd
-
Negara : Osaka,Jepang
-
No
seri :1684
Tabel Kekuatan tarik per helai dan Mulur Benang Normal
No
|
Kekuatan
|
(x-x)2
|
Mulur
|
(x-x)2
|
1.
|
187
|
12,96
|
7,2
|
0,1296
|
2.
|
190
|
0,36
|
6,8
|
0,0016
|
3.
|
200
|
88,36
|
6,8
|
0,0016
|
4.
|
194
|
11,56
|
7,2
|
0,1296
|
5.
|
198
|
54,76
|
7,8
|
0,9216
|
6.
|
182
|
73,96
|
7
|
0,0256
|
7.
|
180
|
112,36
|
6
|
0,7056
|
8.
|
200
|
88,36
|
6,6
|
0,0576
|
9.
|
188
|
6,76
|
6
|
0,7056
|
10.
|
187
|
12,96
|
7
|
0,0256
|
∑
|
1906
|
462,4
|
68,4
|
2,704
|
X
|
190,6
|
6,84
|
Tabel Kekuatan tarik per helai dan Mulur Benang Cacat
No
|
Kekuatan
|
(x-x)2
|
Mulur
|
(x-x)2
|
1.
|
220
|
1,21
|
9
|
0,01
|
2.
|
204
|
222,01
|
8,4
|
0,25
|
3.
|
234
|
228,01
|
9
|
0,01
|
4.
|
220
|
1,21
|
8,6
|
0,09
|
5.
|
222
|
9,61
|
8,8
|
0,01
|
6.
|
228
|
82,81
|
9
|
0,01
|
7.
|
220
|
1,21
|
11
|
4,41
|
8.
|
201
|
320,41
|
8,4
|
0,25
|
9.
|
220
|
1,21
|
8
|
0,81
|
10.
|
220
|
1,21
|
8,8
|
0,01
|
∑
|
2189
|
868,9
|
89
|
5,86
|
X
|
218,9
|
8,9
|
Pengujian Pembakaran
Pembakaran serat dilakukan dua kali menggunakan bunsen
yaitu benang normal dan benang cacat. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Identifikasi
|
Benang Normal
|
Benang Cacat
|
Asap
|
Putih
|
Putih
|
Sisa
Pembakaran
|
Seperti
kertas terbakar
|
Seperti
plastik terbakar
|
Warna abu
pembakaran
|
Abu- abu
|
Hitam
|
Bentuk
sisa pembakaran
|
Serbuk abu
|
Menggumpal
|
|
|
Pengujian Pelarutan
Pengujian pelarutan kami lakukan dengan 2
jenis larutan yaitu H2SO4 dan metil salisilat. Pada
pengujian pembakaran benang normal, kami menebak bahwa ciri-ciri dari data
pembakaran adalah serat kapas dan pada pengujian mikroskop kami melihat
penampang serat pada benang normal adalah penampang serat kapas, sehingga kami
menggunakan H2SO4 sebagai pelarutnya.
Pada pengujian pembakaran benang cacat,
kami menebak bahwa ciri-ciri dari data pembakaran adalah serat buatan dan pada
pengujian mikroskop kami melihat penampang serat pada benang cacat rata saja,
yaitu membujur bulat dan melintang garis lurus sehingga belum jelas serat
buatan yang mana, akan tetapi kami memutuskan menggunakan metil salisilat yang
dipanaskan. Setelah dicoba keduanya larut, sehingga kami menyimpulkan benang
normal adalah dari serat kapas dan benang cacat dari serat poliester.
BAB IV
PEMBAHASAN
Cacat kain Barre yang telah dievaluasi
menggunakan evaluasi fisika dan kimia dapat diketahu penyebabnya bahwa ada
jenis benang yang berbeda tercampur dalam kain, yaitu benang cotton dan benang
poliester. Akibatnya setelah proses pencelupan terdapat garis putih seperti
salur- salur pada permukaan kain. Garis putih ini adalah garis yang kami anggap
benang cacat, setelah diteliti benang ini adalah poliester. Poliester tidak
mampu menyerap zat warna yang digunakan untuk kapas karena daerah kristalin dan
amorfnya jauh berbeda. Sedangkan benang kapas akan menyerap zat warna dengan
baik karena cocok dengan seratnya. Kain yang terbuat dari kapas biasanya
dicelup dengan menggunakan zat warna dari 4 golongan yaitu:
1. Golongan 1: direk, asam,basa
2. Golongan 2: bejana, belerang, bejana- belerang
3. Golongan 3: naftol
4. Golongan 4: pigmen dan reaktif
Sedangkan poliester menggunakan zat warna
dispersi. Setelah diteliti terdapat perbedaan sifat fisika di antara kedua
benang tersebut.
Benang Normal
|
Benang cacat
|
|
Kekuatan
|
190,6 g
|
218,9 g
|
Mulur
|
6,84 %
|
8,9 %
|
TPI
|
22,3
|
23,25
|
Pada percobaan ini kami hanya menghitung
nomor benang normal saja karena keterbatasan kain, sehingga kami tidak
menghitung tensile strength dari benang cacat.
Pencampuran benang ini diperkirakan
kesalahan operator menempatkan lot- lot benang pada mesin rajut double knit
yang merajut rib, biasanya merek yang digunakan adalah fukohara, majer n cie
dan pilloteli.
Pada proses kimia pengujian cacat bare
biasanya dilakukan dengan melunturkan warna asli kain, lalu diwarnai lagi
dengan zat pengikat warna. Jika barre masih ada berarti masalah ada pada bahan
baku benang.
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi
1. Apa penyebab cacat kain bare?
Penyebabnya adalah perbedaan jenis benang yang
tercampur dalam kain
2. Mengapa warna benang berbeda dengan yang normal?
Karena poliester tidak bisa menyerap warna yang
digunakan untuk kapas, zat warna yang cocok untuk poliester adalah dispersi.
3. Apa perbedaan antara benang cacat dan normal?
Berbedaan antara benang normal dan cacat ditinjau dari
kekuatan dan twistnya. Pada saat percobaan twist dan kekuatan kami
mengasumsikan nomornya sama pemasangan bebannya sama, untuk alat pengukur twist
2 g dan instron 500 g
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Uji
|
Benang Normal
|
Benang cacat
|
Kekuatan
|
190,6 g
|
218,9 g
|
Mulur
|
6,84 %
|
8,9%
|
TPI
|
22,3
|
23,25
|
Pengujian Pembakaran:
1. Benang Normal: kapas
2. Benang Cacat: Poliester
Pengujian Mikroskop:
1. Benang Normal: kapas
2. Benang Cacat: Poliester
Pengujian Pelarutan:
1. Benang Normal: kapas
2. Benang Cacat: Poliester
B. Saran
Cacar Barre yang sudah dievaluasi tersebut merupakan kerugian bagi
produsen yang memperoleh order. Akan tetapi jika dilihat dari nilai estetika
apabila cacat bare yang salur-salurnya dibuat teratur maka dapat menimbulkan
tren baru. Jadi tidak selamanya cacat dapat menurunkan nilai jual.
DAFTAR PUSTAKA
Moerdoko,wibowo.1974.Evaluasi tekstil bagian kimia.ITT:
Bandung
Moerdoko,wibowo.1974.Evaluasi tekstil bagian Fisika.ITT:
Bandung
Morton dkk.1992.Physical Properties of Textile
Fibres.Textile Institute:Manchaster
No comments:
Post a Comment