Serat
harus memiliki kriteria atau syarat tertentu agar dapat dipintal menjadi
benang, antara lain :
1. Serat harus cukup panjang
Serat yang panjang, mempunyai permukaan
gesekan (friction) lebih luas, sehingga tidak mudah slip dan benangnya
menjadi lebih kuat. Dengan demikian, tiap-tiap serat dengan panjang tertentu
mempunyai daya pintal (spin ability)
sampai batas nomor tertentu. Jadi, penggunaan serat kapas harus disesuaikan
dengan daya pintalnya.
2. Serat harus cukup halus
Kehalusan serat juga dapat
mempengaruhi kekuatan benangnya. Jumlah serat-serat yang halus pada suatu
penampang benang tertentu, jumlahnya relatif lebih banyak jika dibandingkan
dengan jumlah serat-serat yang lebih kasar. Dengan demikian, makin halus seratnya maka permukaan
gesekan juga makin besar, kemungkinan terjadinya slip berkurang sehingga benang
makin kuat.
3. Gesekan permukaan serat
Gesekan permukaan serat mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kekuatan benang. Serat yang halus biasanya
mempunyai pilinan per satuan panjang yang lebih banyak dan relatif lebih
panjang sehingga gesekan permukaan seratnya juga lebih baik. Makin bertambah
baik gesekan permukaan, kemungkinan slip antara serat satu dengan yang lain
berkurang sehingga benangnya relatif lebih kuat.
4. Serat harus cukup kuat
Dua benang yang masing-masing terdiri dari serat-serat
yang kehalusan sama tetapi kekuatan seratnya berbeda, maka benang yang terdiri
dari serat-serat yang kuat akan mempunyai kekuatan yang lebih besar jika
dibandingkan dengan benang yang terdiri dari serat-serat yang kurang kuat.
Selain hal-hal di atas, kita perlu memperhatikan mixing serat
Mixing
kapas berkaitan erat dengan kualitas kapas (Raw
material) yang sangat berpengaruh pada kualitas hasil benang. Meskipun demikian kita harus berusaha mengatur mixing dengan benar dan
tepat agar kualitas benang tetap bagus.
Setiap kapas yang datang diambil
sampelnya untuk dicek kualitas melalui uji laboratorium (pengujian raw material). Cek kualitas kapas
tersebut meliputi cek kekuatan serat (fibre
strength), keseragaman panjang serat, trash
dan nep (NATI), kehalusan serat (fibre finesess), honey dew dan warna serat (kapas).
Kehalusan serat kapas ditentukan
oleh varietasnya, dan dalam satu varietas kehalusan dipengaruhi oleh diameter
dan presentase selulosa yang dikandungnya. Pada umumnya dapat dinyatakan bahwa
kapas yang seratnya pendek cenderung kasar dan serat yang panjang dapat
dinyatakan halus. Pengujian kehalusan serat dinyatakan dengan harga mikronaire yaitu ukuran relatif
kehalusan serat yang didapat dari hasil pembacaan skala mikronaire. Harga mikronaire
berpengaruh pada proses pembuatan dan mutu beang yang dihasilkan, antara lain
efisiensi pembersihan kapas, pembentukan nep,
kekuatan dan keratan benang bahkan pada kenampakan dari bahan jadinya. Salah
satu faktor yang paling besar ialah pengaruh kehalusan pada nep. Apabila variabel lainnya tetap,maka
serat dengan nilai mikronaire yang rendah akan menghasilkan jumlah nep yang lebih banyak daripada sarat
dengan nilai mikronaire yang tinggi.
Oleh karena itu untuk kapas yang nilai mikronaire
nya rendah kita hanya memakai 5-10% dalam satu mixing kapas dan kita juga bisa mengajukan claim ke supplier bilamana ada party
kapas tersebut.
Pada kapas jenis tertentu karakteristik
lain yang dihadapi ialah kecenderungan lengket (adhesive tendency) akibat
dari kadar honey dew untuk
kapas yang kadar honey dew nya tinggi
kita atur penmakainnya dalam mixing
kapas misal 5-10% saja. Kemudian kita harus mengkomunikasikannya dengan bagian
lain seperti maintenance dan
operation untuk lebih intensif. dalam pembersihan mesin dan bila
diperlukan bisa menghubungi bagian utility
AC untuk mengecek atau menyesuaikan suhu ruang.
Terakhir warna serat kapas juga harus
dikontrol untuk menjamin kenampakan benang dan kain konstan. Karena kapas (cotton) merupakan serat alam warnanya
cenderung berubah-ubah. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam mengatur mixing kapas. Apabila ada kapas beda
warna apalagi perbedaannya sangat mencolok jangan simpan terlalu lama (karena
semakin lama warnannya semakin gelap), kita pakai hanya 5-10% dalam 1 mixing kapas dan ada perlakuan khusus
pada cara feeding yaitu pemakaiannya
diatur secara merata dalam feeding mesin
blowing. Selain itu bila menghadapi
perubahan kontrol dalam proses produksi agar bagian operation memakai sistem fifo
(firs in first out) dalam pemakaiaan
stok produksi (shino dari produksi roving) sehingga hasi produk akhir yaitu
benang perubahan kenampakan benang konstan.
Semua pemeriksaan krarateristik kapas
tersebut adalah uji laboratorium yang sebagian berasal dari pengujian yang
berdiri sendiri dalam laboratorium. Testing serat dalam laboratorium selalu
sangat penting alasanya bukan hanya faktor komersial tapi karena keperluan
menjamin pencampuran yang homogen.
Dalam beberapa tahun terakhir telah
dipakai ’high volume intsrument testing’{HVI} untuk serat kapas.
Klasifikasi dan sertifikasi serat dilakukan memakai HVI, dimana bale yang
keluar dari ginning diperiksa satu
persatu dan setiap bale punya hasil tes atau ‘fiber certificate’ masing-masing. Dalam kondisi ini laboratorium
hanya perlu melakukuakan pemeriksaan campuran (blend) dan pemeriksaan kerusakan serat pada berbagai tingkat proses
spinning.
Jika pengaturan dan
perubahan mixing kapas sudah
dilaksanakan sesuai dengan sistem yang benar maka harus ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan yang benar pula di lapangan antara lain pada proses pengiriman
kapas oleh Unit Niaga (P & W) dari gudang kapas ke mixing room, penataan dan penyusunan bale kapas di mixing room dan blowing room oleh baigan operation. Blowing merupakan proses awal
di spinning. Jika awalnya benar maka haasilnya diharapkan baik dan benar pula
tapi jika awalnya salah bisa dipastikan proses berikutnya bahkan hasilnya tidak
baik. Oleh karena itu kontrol/pengawasan di lapangan setiap saat jangan sampai
terabaikan. Optimalisasi dan kerja sama yang baik dari semua pihak baik unit
spanning maupun yang berhubungan dengan unit lain sangat diperlukan untuk
memperoleh hasil yang diharapkan perusahaan.
S
Se
No comments:
Post a Comment