Wednesday, October 22, 2014

Sweet moment Liwetan With T3 Family

Pada hari tasyrik ke 2 kami kelas teknik tekstil 3 angkatan 2012, mengadakan makan bersama di kosan Sdr. Eko Joko Purnomo. Nah bedanya disini kita bukan makan- makan daging, tapi kita makan nasi liwet, ikan asin, tahu tempe plus oncom dan rendang buatan ibunya Sidik…
Check this out..
Ibu wiwin lagi goreng tahu>>

Om Jerry lagi mikir... sambel bumbunya apa ya

Beralaskan daun pisang

Sambel ala jeryy>>> super ladaa. cengek=8

Tahu yang digoreng wiwin..

Oncom dan rendang buatan ibunya Sidik Amirullah

Suegerr.. lalapan yang dipotong2 Arina

Kecap cabe kang Arip Ablo

Perasaan pisau nya kelometal

Nonton pilm kartun dulu 

Sirup teh siti asli dijamin seger, pingin nambah lagi


MY BELOVED FAMILY TEKNIK TEKSTIL 3

Sikaaat...

PT BEHAESTEX


Pasar Indonesia
Sarung merupakan salah satu pakaian bangsa indonesia yang masih eksis hingga kini. Sarung digunakan tidak hanya pada saat – saat informal seperti ibadah shalat atau santai di rumah, tetapi juga pada penggunaan resmi seperti upacara perkawinan. Bila faktor budaya dikaitkan dengan perilaku pembelian, masyarakat Indonesia biasanya membeli sarung tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk setiap anggota keluarga, kerabat dan karyawan (sebagai hadiah Tunjangan Hari Raya).
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, PT. BEHAESTEX melalui produk sarungnya, ATLAS (sarung palekat) dan BHS (sarung sutera), dengan bangga memenuhi ekspektasi masyarakat Indonesia sejak 1953. Kualitas produk yang terjaga sedari pemilihan bahan baku, proses produksi, pengemasan, hingga pendistribusiannya dipercaya menjadi keunggulan utama Sarung ATLAS dan BHS dibanding para pesaingnya. Selain itu, perbaikan kualitas pelayanan yang dilakukan secara terus menerus menjadi nilai lebih bagi konsumen yang dipercaya dapat meningkatkan loyalitas mereka terhadap Sarung ATLAS dan BHS. 

Pencapaian
Sebagai pionir dalam industri sarung, PT. BEHAESTEX terus menerus berinovasi melalui peningkatan kualitas produk dan aktivitas pemasaran yang tidak hanya menekankan pada brand building tetapi juga brand activation dimana segala aktivitas pemasaran tersebut bersumber dari keinginan dan kebutuhan konsumennya. Sebagai bukti dari keberhasilan strategi tersebut, Sarung ATLAS dan BHS telah dianugerahi penghargaan tertinggi Superbrands 2012 sebagai brand / merek sarung yang terdepan dalam kualitas dan tertanam di hati dan pikiran tidak hanya bagi konsumen loyalnya tetapi juga masyarakat Indonesia pada umumnya. Pencapaian ini merupakan hasil dari inovasi produk yang dilakukan secara terus menerus. Pendek kata, komitmen PT. BEHAESTEX terhadap kualitas produk dan layanan, sekali lagi menjadi keunggulan utama yang tak terbantahkan dalam mengarungi ketatnya persaingan di industri tekstil, khususnya di dunia persarungan di Indonesia.

Sejarah
Sarung merek BHS, sudah berada di pasar sarung Indonesia sejak berdirinya PT. BEHAESTEX yaitu sejak 1953. Diproduksi menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), sarung BHS mengakomodir kebutuhan konsumen akan sarung sutera yang berkualitas. Selanjutnya, sekitar pertengahan 1980 -an, mengikuti perkembangan pasar, PT. BEHAESTEX memproduksi sarung berbahan T/R (Tetoron Rayon) dengan merek ATLAS. Menggunakan aktivitas brand building yang gencar dilakukan sejak tahun 1990 -an, sarung ATLAS dan BHS telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu merek terbesar di Indonesia. Perkembangan terakhir, pada Tahun 2010 dan 2011, Sarung ATLAS mendapatkan penghargaan Top Brand, dan Original Brands pada tahun 2011.

Produk
BHS adalah merek sarung yang terbuat dari bahan sutera terbaik yang terdaftar dengan sertifikat SNI No. 08-3440-1996. Dengan menggunakan ATBM, perpaduan antara seni tradisional dan teknologi, sarung sutera BHS dipastikan akan bertambah nilai seni produknya. Sarung sutera BHS memiliki 2 (dua) varian, yaitu BHS Gold dan BHS Silver yang berbeda dari segi motif, kemasan dan harga.
ATLAS adalah merek sarung yang terbuat dari bahan T/R (Tetoron Rayon) atau yang biasa disebut palekat yang terdaftar dengan sertifikat SNI No. 08-110-1998. Selain memiliki Brand image yang kuat, sarung palekat ATLAS juga merajai segmen pasar kelas ekonomi menengah. Inovasi motif dan corak dengan kombinasi warna senantiasa dilakukan demi memberikan hasil produk yang lebih baik bagi pelanggannya. Sarung palekat ATLAS memiliki berbagai varian dan motif yang dikategorikan menjadi 9  sub brand tersendiri yaitu ATLAS Jacquard, ATLAS Super, ATLAS Elegant, ATLAS Premium, ATLAS Universal, ATLAS 550, ATLAS Idaman, ATLAS Favorit dan ATLAS Junior. Kedelapan jenis sarung palekat ini diproduksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang berbeda – beda.

Pengembangan Terkini
Sesuai dengan peningkatan trend fashion, ATLAS dan BHS menambah lini produknya, menjadi bamus (baju muslim) dan songkok. Dengan sertifikat SNI No. 08-3539-1995, baju muslim ATLAS dan BHS memiliki keunggulan dalam hal kualitas bahan baku, seperti kain Peachskin, Polyester, Cotton dan Sutera, model desain dan warna yang trendy.

Songkok dengan merek ATLAS dan BHS yang dipasarkan dengan sertifikat SNI No. 08-4343-1996, memiliki keunggulan, antara lain dari potongan yang rapi dan jahitan yang kuat serta kenyamanan pakainya. Bahan baku songkok adalah jenis kain beludru martin dan Crown, dan karena itulah songkok produksi PT. BEHAESTEX sering disebut kopiah beludru. Songkok ATLAS dan BHS memiliki 4 (empat) varian yang berbeda yaitu songkok standard, AC, kembang, dan bordir. Sementara produk sarung sendiri, ATLAS dan BHS, yang saat ini sudah memiliki lebih dari 20 (dua puluh) kelompok motif yang secara keseluruhan terdiri dari ribuan motif dengan berbagai corak dan warna, akan terus dikembangkan mengikuti keinginan pasar.. Kesemuanya itu merupakan perwujudan misi PT. BEHAESTEX dalam senantiasa memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumennya.

Promosi
Aktivitas promosi yang bersumber dari keinginan dan kebutuhan konsumen, diyakini menjadi pendongkrak secara tidak langsung penjualan sarung ATLAS dan BHS di Indonesia selama ini. Sarung palekat ATLAS yang menyasar konsumen di segmen kelas menengah, akan memiliki strategi komunikasi yang berbeda dengan sarung sutera BHS yang menyasar konsumen di segmen menengah ke atas. Meskipun menyasar segmen pasar yang berbeda, sarung ATLAS dan BHS memiliki fungsi produk yang sama, yaitu sebagai perlengkapan ibadah, sehingga pengkomunikasiannya dilandaskan pada nilai – nilai keIslaman. Aktivitas pemasaran tahun 2011, seperti berpartisipasi dalam Musabakah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan pemecahan rekor MURI replika Masjid Nabawi merupakan segilintir aktivitas pemasaran yang mengacu pada hal tersebut. Dengan cara promosi seperti ini, diharapkan dapat memunculkan stimuli yang dapat menumbuhkan keinginan dan kebutuhan konsumen akan produk sarung berkualitas yang diwakili oleh merek ATLAS dan BHS.

Nilai – Nilai Brand
Berdasarkan hasil riset terhadap perilaku konsumen didapatkan consumer insight yang pada akhirnya dirumuskan menjadi nilai tambah yang memungkinkan diterima konsumen ATLAS dan BHS, yaitu  sebagai berikut:
Konsumen mendapatkan produk yang lebih berkualitas jika dibandingkan produk kompetitor. Atribut kualitas yang dimaksudkan adalah kain tebal, halus dan nyaman digunakan, dan tahan lama. Jaminan terhadap produk yang berkualitas ini diimplementasikan hingga ke konsumen akhir, sehingga ada semacam perjanjian tidak tertulis yang memungkinkan konsumen untuk menukar sarung cacat ATLAS dan BHS di mana mereka membeli produk tersebut. Konsumen mendapatkan produk berkualitas dengan harga terjangkau. Berdasarkan nilai tambah tersebut, maka ATLAS dan BHS memiliki beberapa strategi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
ATLAS dan BHS senantiasa memberikan nilai tambah yang kompetitif kepada konsumennya
Mengupayakan agar konsumen tidak mudah berpindah ke brand / merek lain melalui: (a)Distribusi produk yang menyeluruh dan merata; (b)Inovasi produk yang berkelanjutan; (c)Program promosi kreatif yang menyentuh konsumen langsung
Dikarenakan mayoritas konsumen sarung sensitif terhadap harga, maka akan selalui diingatkan bahwa ATLAS dan BHS lebih unggul dalam kualitas baik produk maupun layanan sehingga mereka akan merasa apa yang mereka keluarkan setimpal dengan yang didapatkan.

Things You Didn’t Know About ATLAS dan BHS
Sarung memiliki fungsi tidak hanya sebagai perlengkapan ibadah tetapi dapat digunakan sehari – hari ketika santai di rumah, sebagai selimut untuk tidur maupun pakaian adat yang digunakan dalam acara perkawinan
Brand / merek BHS telah berada di pasar sarung Indonesia sejak Tahun 1953
Sarung BHS digunakan masyarakat di Pulau Madura sebagai pertanda sosial bagi yang sudah beribadah haji
Sarung ATLAS mendapatkan rekor MURI pada tahun 2011, dalam hal pembuatan replika Masjid Nabawi dengan motif sarung terbanyak.
Sarung ATLAS sudah merambah pasar internasional yaitu di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika. Hak cipta tumpal motif kembang dimiliki oleh PT. BEHAESTEX.


(By Ardhy N.E.S for TEMPO MAGZ,  Edition Februari 2012)

Overhaul Dobby 2 Silinder

Pada industri tekstil kegiatan merawat mesin masih termasuk departemen produksi, akan tetapi termasuk pada bagian maintenance. Bagian Maintenance di pimpin oleh kepala departemen produksi dengan bantuan kepala bagian maintenance. Kegiatan maintenance ini berfungsi untuk mengurangi kecelakaan kerja, menjaga mesin bekerja dengan lancar, mengganti bagian rusak mesin dengan yang baru, menambah effisiensi produksi, memenuhi standar kualitas dan menambah umur mesin.


I.  Perawatan dan Pemeliharaan
Maintenance Penunjang Kelancaran Produksi
Suatu perencanaan produksi dapat gagal apabila ada bagian mesin yang rusak atau tidak dapat beroperasi. Oleh karena itu perencanaan perawatan (maintenance) mesin merupakan salah satu kegiatan penting dalam operasi perusahaan manufaktur.
Dalam upaya mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas produksi secara optimum maka kegiatan maintenance dibagi menjadi 5 kegiatan pokok, yaitu:
1.      Mechanical Maintenance (Pemeliharaan Mesin)
2.      Electrical Maintenance (Pemeliharaan jaringan Listrik)
3.      Instrument Maintenance (Pemeliharaan instrumen)
4.      Electrical Power Maintenance (Pemeliharaan Pembangkit listrik)
5.      Workshop (Bengkel pemeliharaan)
Tenaga Maintenance
Tenaga perawatan (Maintenance) berfungsi melaksanakan pekerjaan sebagai berikut
1.      Menyelesaikan perbaikan mesin agar kembali berjalan normal
2.      Memberikan minyak pelumas
3.      Memeriksa keadaan mesin
4.      Memperbaiki kerusakan mesin dan fasilitas produksai lainya
5.      Mengadakan modifikasi/perubahan terhadap mesin
6.      Mengadakan pembongkaran mesin serta melakukan percobaan atas mesin baru serta melakukan penelitian terhadap pengembangan mesin tersebut.
Dalam melaksanakan kegiatan maintenance tersebut tiap petugas berpedoman pada:
1.      Buku petunjuk mesin
2.      Pengalaman atas mesin- mesin terdahulu
3.      Informasi dari pabrik pembuat mesin tersebut

Jenis- Jenis Maintenance
Dalam menentutukan kebijaksanaan maintenance, umumnya terdapat 2 jenis maintenance, seperti berikut:
-          Planned (preventive) maintenance
-          Breakdown (corrective) maintenance
Kegiatan preventive maintenance bertujuan untuk mengurangi kemunginan mesin cepat rusak, dan kondisi mesin selalu siap pakai. Caranya adalah sebagai berikut:
a.       Regular preventive
Kegiatan maintenance yang dilaksanakan dengan cara memeriksa setiap bagian mesin secara periodik dan berurutan sesuai dengan schedule
b.      Major Overhaul (turun mesin)
Kegiatan Maintenance yang dilaksanakan dengan mengadakan pembonkaran menyeluruh dan penelitian terhadap mesin, serta melakukan penggantian suku cadang yang sesuai dengan spesifikasinya.
          Untuk mempermudah kegiatan Maintenance didasarkan pada:
-          Maintenance work order atau work order system (pemeliharaan dengan pesanan)
-          Check list system (sistem daftar pengecekan)
-          Rencana kerja triwulan
Sistem work order, yaitu kegiatan Maintenance yang dilaksanakan berdasarkan pesanan dari bagaian produksi atau yang lain.
Check list system merupakan dasar atau schedule yang telah dibuat untuk melakukan kegiatan maintenance dengan cara pemeriksaan terhadap mesin secara berkala
Rencana kerja kegiatan Maintenance per triwulan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman- pengalaman atau berdasarkan catatan- catatan sejarah mesin, yaitu kapan suatu mesin harus dirawat dan diperbaiki.
Work Order atau surat perintah memuat hal berikut:
-          Apa yang dikerjakan
-          Siapa yang bertanggung jawab
-          Alat apa yang dibutuhkan
-          Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan Maintenance tersebut
Preventive Maintenance bertujuan agar terjamin hal- hal berikut:
1.      Keamanan Mesin dan operator /Tenaga Maintenance
Untuk setiap mesin yang terdapat di dalam pabrik sudah ada ketentuan mengenai karakteristik mesin tersebut. Misalnya terperatur, air, angin dan oli tidak bileh melebihi standar yang seudah ditentukan. Sedangkan untuk para operator harus menggunakan alat pengaman sesuai standar
2.      Kelancaran Mesin
Pemberian minyak pelumas secara teratur dan pemeriksaan mesin serta peralatannya secara berkala bertujuan agar dapar menjaga kelancaran mesin sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Untuk setiap mesin yang ada sudah diapasang suatu alat kontrol untuk mengetahui keadaan minyak pelumas sehingga dapat diketahui kapan minyak pelumas harus ditambah. Penggantian minyak pelumas dilakukan berdasarkan jam kerja mesin atau hasil analisa minyak di labolatorium.
3.      Mutu Produk
Menjaga mutu produk bertujuan untuk selalu dapat memenuhi standar mutu utama dengan menekan tingkat kerusakan produk serendah mungkin. Hal ini dilakukan dengan cara mempertahankan tingkat produktivitas kerja dan memenuhi spesifikasi kerja yang telah ditentukan serta ketelitian dan kecermatan yang didukung oleh tekad dan kemauan kerja yang tinggi. Untuk mencapai mutu produksi tersebut maka bagian maintenance akan menjaga agar pabrik tetap dapat beroperasi secara effisien dengan menghindari hambatan sekecil- kecilnya, sehingga produk dapat diserahkan kepada langganan tepat pada waktunya (delivery date yang tepat). Untuk setiap mesin dibuat suatu hasil persentase kerusakan. Misalnya untuk kerusakan produk di bagian finishing adalah 10% dari 60% yang ditergetkan.
4.      Kebersihan Mesin dan Lingkungan sekitar
Lantai sekitar mesin harus bersih dari lumuran minyak yang berlebihan pada waktu melaksanakan pelumasan serta bebas dari sampah yang berserakan. Hal ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan pekerja, serta menciptakan kenyamanan bekerja. Sedangkan kebersihan mesin dijaga dengan cara membersihkan komponen mesin serta pengecetan kembali. Pemberian warna putih kepada tembok bisa menghemat sumber cahaya, sedangkan pemberian warna hijau muda dan bau- abu pada permukaan mesin akan mengakibatkan mata pekerja tidak mudah leleah, sehingga mereka betah menatap mesin itu terus menerus selama jam- jam kerja. Dan pemberian warna kunign pada alat- alat berat karenan menuntut kehati hatian pengoperasian mesin.

Dalam melaksanakan kegiatan Maintenance, bila perlu ada penambahan jam kerja. Biasanya dilakukan pada hari libur atau disebut overtime. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari minggu/ hari libur kerja yaitu preventive Maintenance yakni kegiatan:
-          Pelumasan/penggantian oli
-          Pengencangan baut
-          Penggantian spare part
-          Pembongkaran serta penelitian mesin
Sedangkan untuk hari- hari biasa, kegiatan yang dilaksanakan preventive Maintenance dan Breakdown/corrective maintenance dengan presentase sbb:
-          80% Routing dan breakdown maintenance
-          20% Preventive maintenance
Prosedur Preventive Maintenance
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan preventive maintenance dibuat suatu jadwal sbb:
1.      Mendistribusikan kegiatan secara merata dalam skala waktu dengan memperhatikan frekuensi kegiatan
2.      Menggunakan check list dengan instruksinya, untuk dipakai sebagai pedoman oleh petugas maintenance, serta untuk keseragaman pelaksanaan pengecekan.
3.      Perawatan pencegahan harus dilakukan tepat waktu, kecuali mesin sedang diperbaiki karena kerusakan atau sedang di bongkar (overhaul)
4.      Perawatan pencegahan perlu dilakukan menurut jadwal tertentu sehingga tidak mengganggu jadwal produksi
Contoh pencegahan (preventive maintenance) untuk mesin banbury, didasarkan kepada:
1.)    Periksa kondisi dan kebocoran dust stop searing
2.)    Periksa kebocoran Razcin Hyd. Unkit
3.)    Periksa bolt- bolt door top dan latch cyl
4.)    Periksa Mc. Cord Lubrication pump
5.)    Periksa kebocoran angin pada ram packing, line pipa- pipa angin
6.)    Periksa kebocoran pada line pipa pendingin
7.)    Batch off mill periksa kondisi mill knife, kebocoran angin
8.)    Periksa kondisi roll- roll, pillow block bearing, convbelt, gearbox, coupling, sprocket, rantai pada: loasing, scale, charging, cross, over conveyor.
9.)    Periksa penborn traverse motor blower,drive chain, steel cable, motor coupin screw.
Prosedur Breakdown (Corrective) Maintenance
Kegiatan perawatan atas kerusakan mesin dilaksanakan atas dasar pesanan dari bagian produksi atau bagian lainnya mengenai kerusakan umum atau mendadak dari fasilitas (peralatan) produksi.
Biaya- biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan maintenance
Untuk melaksanakan kegiatan maintenance membutuhkan biaya seperti biaya spear part (suku cadang), biaya tenaga kerja, dan material (bahan) lain.
Pengaruh Maintenance terhadap Biaya Produksi
Untuk mengetahui sampai sejauh mana hubungan antara maintenance dengan biaya produksi, berikut ini akan dibahas hubungan antara biaya maintenance dengan biaya produksi. Hubungan tersebut dapat dibahas dengan analisis regresi dan korelasi.
Untuk keperluan analisis ini seperti dalam teori statistik, dibutuhkan sua jenis variabel, yaitu sbb:
1.      Variabel bebas (independen variabel)
Sebagai variabel yang nilainya akan memengaruhi nilai Y. Biasanya dilambangkan dengan huruf X.
2.      Variabel tak bebas (dependent variabel)
Sebagai variabel yang nilainya akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya. Biasanya dilambangkan dengan huruf Y.
Jika hubungan antara frekuensi pemeliharan mesin (maintenance cost) dengan biaya produksi misalnya linier maka fungsinya adalah sbb:
Y=a+bXi
Dimana:
Y= Biaya Produksi
Xi= Frekuensi Pemeliharaan
a = konstanta
b =koefisien regresi

Namun bisa saja hubungannya non linier. Seperti halnya dalam statistik tentang mencari koefisien antara 2 variabel maka di sini pun dapat dihitung tingkat hubungan total biaya pemeliharaan mesin dengan frekuensi pemeliharaan atas berbagai alat produksi.
 

 Nah kali ini praktikum Pertenunan II kami melakukan bongkar pasang mesin, yah mirip latian overhaul. Beberapa kali kita salah masang begian bagian pada dobby ini. seperti vertical jack yang ternyata masangnya harus barengan sama hook atas yang harus bareng, yah terpaksa harus dilepas lagi karena hasilnya ga akan sejajar. Kelompok kita di bimbiming oleh pak Amat. Trimakasih sudah sabar mendidik kami selama ini.