Sunday, October 7, 2012

Tekstil Butuh Superteam, bukan Superman

Bahan sandang menjadi tren dengan berbagai macam mode di zaman yang serba modern ini. Lapak- lapak sandang sering kita jumpai di pusat perbelanjaan bahkan setiap hari minggu di titik- titik tertentu di kota bandung dapat kita temukan perkumpulan penjual sandang. Perilaku hidup konsumtif harus diantisipasi dengan keseimbangan antara pengeluaran dan penghasilan. Alasan yang umum dalam masyarakat, sandang adalah sumber dari citra diri. Penilaian orang lain terhadap sandang yang kita kenakan sangat berpengaruh terhadap citra apa yang akan kita bangun mengenai diri kita di suatu lingkungan. Suatu saat kita akan memperkenalkan brand yang akan cepat dikenal masyarakat melalui citra diri yang kita bangun pada saat kesan pertama serta untuk selanjutnya sikap kita yang kongruen dengan nilai yang kita miliki. Begitu dekatnya produk tekstil dalam kehidupan kita, sehingga kita terkadang lupa proses rumit dibalik sandang yang kita kenakan.
            Pendidikan tekstil di abad ke 21 ini mengalami kondisi yang fluktuatif. Pemahaman masyarakat mengenai tekstil masih terbatas pada kata kunci garmen, pabrik dan baju. Sehingga ini menjadi factor penghambat berkembangnya industry tekstil di Indonesia. Isu terbaru yang diasumsikan masyarakat tekstil sedang mengalami “sunset” padahal kenyataannya Indonesia hanya sebagian kecil pabrik yang gulung tikar akibat kerugian, sedangkan sebagian pabrik bertahan dengan sistem outsourcing, jadi beberapa tahun ke depan masih ada peluang untuk merekonstruksi dunia tekstil untuk menjadi bintang industry seperti dimassa silam. Tidak dapat dipungkiri dampak kemajuan teknologi, produk cina yang masuk ke Indonesia dapat menarik konsumen lebih banyak dari pada produk local Indonesia yang harganya relatif mahal. Kelebihan china ada pada sumber daya alam yang melimpah dibanding Negara lain, khususnya pada unsur transisi logam yang terletak di bagian paling bawah tabel periodic. Tugas kita sebagai mahasiswa tekstil, bukanlah melihat kelebihan yang sudah ada di china, melainkan mencari metode lain untuk menekan biaya operasional dengan standar kualitas dunia. 
                Bidang tekstil yang semakin merambah ke bidang lain akan semakin menguatkan posisinya di bidang industri. Persiapan yang matang perlu dibangun untuk menghadapi persaingan global yang akan semakin menantang. ketika kita tahu peluang apa yang dapat diambil dalam industri tekstil maka insan tekstil akan bekerja secara optimal dalam fokus yang terstruktur karena tahu dimana letak kelebihan dan kekurangan. Ilmuan bukanlah superman dalam industri tekstil. dibelakang ilmuan banyak tokoh yang memiliki andil dalam mengeluarkan ide dan pendapatnya dalam merancang sebuah penelitian besar. contohnya Profesor Kim Seon-jeong dari universitas Hanyang di Seoul telah mengembangkan serat karbon nanotube yang sangta berpengaruh bagi perindustrian internasiona. Tentu dibelakangnya banyak tokoh- tokoh tekstil yang tidak disebutkan namanya yang berperan dalam penemuan besar itu. Di dalam tim berisi komponen individu- individu yang memiliki loyalitas dan totalitas terhadap perkembangan tekstil indonesia. Dengan demikian kita butuh Supertim untuk merekonstruksi tekstil indonesia di masa depan. Siapkah anda menjadi bagian dari mereka. Mari kita renungkan hal ini dalam "hati" kita masing- masing.



No comments:

Post a Comment